Senin, 11 April 2016

Menikmati Australia dari 'Under The Southern Stars'



Under The Southern Stars


Penulis: Anida Dyah
Editor: Resita Wahyu Febiratri & Alit Tisna Palupi
Penata letak: Anida Dyah
Penyelaras tata letak: Erina Puspitasari
Desain cover: Anida Dyah
Ilustrasi peta: Thomas Texier
Credit photo: Anida Dyah
Penerbit: GagasMedia
Terbit: I, 2014
Tebal: 320 hlm

Aku mengulurkan tangan ke atas, menggapai udara. Berusaha meraih bintang di angkasa. Pikiranku seperti bintang-bintang itu. Tersebar secara bebas dan acak.

“Cantik, ya, cahayanya?” Thomas berkata dengan tenang dan pelan. “Ini adalah salah satu tempat terbaik di dunia untuk melihat jutaan bintang dengan mata telanjang,” lanjutnya.

Aymeric menarik napas panjang. “Ribuan kilometer dari sini, teman-teman kita mungkin sedang makan malam di restoran atau menikmati sejuta kemewahan dan kenyamanan.” Ia lalu tersenyum. “Tapi, aku lebih memilih kebebasan ini.”

Aku mengangguk setuju.
***
Alam menawarkan kebebasan penuh untuk bertualang tanpa akhir. Mengarungi hutan, gunung, dan laut yang seakan tak bertepi.

Dengan penuh rasa penasaran, empat petualang memulai perjalanan road trip untuk menjelajah dunia yang belum mereka jejaki. Dengan penuh kebebasan—Anida dari Indonesia, Thomas dan Aymeric dari Prancis, serta Judith dari Jerman—mereka mengarungi alam Australia. Menjelajahi hutan eukaliptus, melintasi gurun, meniti patahan Antartika, hingga bertemu kanguru dan koala. Namun, kebebasan tiap individu mulai bersilangan ketika mereka memilih langit dan perjalanan yang berbeda. 

Perjalanan telah mengajarkan mereka banyak hal, tentang bertahan hidup, pertemanan, juga kebebasan yang bersyarat.
--------------------------------------------------

Anida memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Memilih meninggalkan zona nyaman, dan mencari pertualangan baru hanya untuk melihat, 'lebih biru mana langit dan samudra?' Menjadi solo traveler, dan mengepak barang-barangnya untuk terbang ke benua Kanguru sendirian dengan bekal uang tabungan hasil jerih payahnya.

Sesampainya di sana, ia tak langsung melakukan road trip pada umumnya. Ia harus mempersiapkan hal-hal lain. Biaya hidup yang jauh berbeda dengan di Indonesia membuat uang yang dibawanya tidak cukup untuk hidup sehari, bahkan untuk mengelilingi Australia untuk mengeksplor keindahan alamnya. 
Ia harus menjadi pekerja serabutan dimanapun tempatnya dan apapun pekerjaannya. Bahkan ia rela mem-palsukan Curriculum Vitae -nya agar diterima di sebuah restoran. 

Cerita tidak berakhir sampai disitu. Petualangan sebenarnya dilakukan setelah ia bertemu Judith, Thomas dan Aymeric lewat situs Gumtree. Perbedaan pendapat, cekcok, bersitegang, sudah menjadi hal lumrah hampir selama sebulan kebersamaan. Hal sepele seperti makanan misalnya. Judith yang vegetarian sangat pilih-pilih dalam hal makanan membuat yang lainnya keberatan. Namun rasa canggung, membuat bom waktu tersendiri karena tak bisa mengungkapkan hal-hal yang diinginkan atau tidak diinginkan yang lainnya.

Lalu, akankah mereka berhasil sampai di tujuan akhir bersama-sama menilik perseteruan Aymeric dan Judith yang semakin memanas dan tidak ada yang mau mengalah satu sama lain??
Atau... Hanya beberapa yang menyelesaikan 'misi' dan berpisah di tengah jalan??

---------------------------------------

Untuk pertama kali, rasanya masih ragu untuk membuka lembar demi lembar. Tapi, tema traveling yang diangkat cukup menggoda minat baca yang sebenarnya punya cita-cita travelling kemana saja. Dan terkadang pintu kemana saja Doraemon, ingin sekali dipinjam. Hehehe.. :D :D
"Siapapun pasti tergoda dengan kata-kata keliling dunia. Semua ingin melakukannya. Tetapi, mengepak barang dan benar-benar pergi? Tidak semua bisa."
Well, tidak ada yang salah dengan ucapan traveler cantik satu ini. Aku juga setuju. Tidak semua bisa memilih meninggalkan pekerjaan tetap di usia yang seharusnya ia jalani untuk berfikir tentang masa depan, pasangan hidup, keluarga.

Tapi, menurut kak Anida, (yang akupun mengamininya juga)
"Tidak ada yang lebih nyata dari melihat dan merasakan sendiri realitas dunia yang sedang terjadi di depan mata kita." 

Menjadi solo traveler yang mengunjungi tempat baru dengan hanya berbekal tabungan hasil kerja tetapnya selama bertahun-tahun dan situs 'Gumtree' rasanya terdengar sangat mengerikan. Jauh dari orang-orang yang berbahasa sama, latar belakang, hingga tempat yang jauh di seberang kampung halaman.

Anida memilih melepas jabatannya, mengepak barang-barang dan menuju Australia tanpa banyak info yang ia dapat. Mengandalkan situs untuk mencari lowongan pekerjaan untuk mendapatkan uang agar bisa mencukupi kebutuhannya di Australia dan untuk rencana perjalanannya ke Melbourne.
"Jika keuanganmu di level biasa-biasa saja dan tak tahu kapan akan kembali, berjalan-jalan di Australia tanpa uang yang cukup adalah bunuh diri, tercekik dengan nilai tukar dan harga barang yang sangat tinggi."
Hingga menemukan solo traveler lainnya yang mau diajak jalan bersama. Judith dari Jerman, Aymeric dan thomas dari Paris. 2 lelaki, 2 perempuan, dari 3 negara yang berbeda berkumpul untuk bersama-sama menjelajahi Australia.

But, semuanya nggak segampang itu, kan? Yup, disini banyak diceritakan suka duka bagaimana bepergian dengan banyak orang, terutama dengan isi kepala yang berbeda-beda pula. Banyak hal yang tidak sependapat yang menjadi sumber cekcok.

Tapi, bukan itu yang menjadi pemikat dari buku ini. Pohon Eukaliptus raksasa, Wine tester, Kanguru, Koala, hingga pantai indah menjadi panorama menggiurkan yang sulit untuk tidak membuat diri ini menjadi tak berdaya hanya bisa membayangkan keseruan para tokoh cerita melakukan banyak hal yang mereka inginkan.

Rasanya, seperti benar-benar ada di Australia dan pengen menjadi solo travel yang bebas melakukan hal-hal luar biasa, tanpa tekanan, dan hal-hal monoton seperti di balik kubikel kerja.

Penjabaran detail tiap-tiap tempat yang dikunjungi sangatlah mudah dipahami. Hingga akupun berandai-andai, bisa menikmati keseruan memanjat pohon Karri tua di Pemberton dengan ketinggian 58m paling rendah. Wow..... Aku sangat menikmati tiap perjalanannya.

Dengan gaya bahasa yang sangat ringan, aku mengikuti alur yang disajikan dalan traveling ala kak Anida. Rasanya, kita bisa menikmati setiap jengkal sensasinya, tanpa bisa menghentikan rasa candu.
Terlebih, banyak pelajaran penting yang kita peroleh dari sini. Bagaimana mempersiapkan solo travel kita, bagaimana keuangan, rencana tempat yang harus kita kunjungi, dan teman. Ya, teman perjalanan yang setidaknya punya pemikiran sama dan tidak ribet menurutku.

Dari keempat solo traveler ini, aku hampir selalu setuju dengan kak Anida. Lebih saling memahami perbedaan, lebih memilih diam, jika yang lain cekcok. Namun terkadang menyuarakan pendapatnya jika dirasa perlu, dan ketika keegoisan yang lain sudah sedikit tidak bisa ditolerir.

Judith, adalah sosok ter-egois versiku. Yaa, tapi aku sedikit mengerti akan tingkahnya. Namun, kadang aku juga sebal. Hihihi.... (Beribu maaf buat kak Judith kalau melihat tulisan saya. wkwkekeke.)

Well, cukup seru "liburan" kali ini di Australia. Next, masih menunggu tempat lain yang mungkin bakal dibukukan lagi oleh kak Anida. Dan, untuk solo traveler yang mau jalan-jalan, coba baca buku ini siapa tahu pengen ikutan kak Anida, atau untuk para traveler pemula, boleh kok belajar dari buku kak Anida ini.

Okeeeee... Sampai disini dulu ya, review kali ini. Untuk penutupnya ada sedikit kutipan yang sedikit mengena atau memotivasi. :D Enjoy this!!

"Sebagai solo traveler, tidak ada tempat untuk berdiskusi selain diri sendiri."
 "Bagaimanapun juga, ibu selalu mengajariku untuk melakukan segala sesuatunya dengan hati dan senyuman. Betapapun beratnya pekerjaan."
"Satu poin tambahan untuk kebebasan dalam road trip. Bebas untuk menentukan lokasi toilet!"
"Bumi bukan hanya tempat bersekolah, atau rumah tempat berkumpul dengan keluarga saja. Ada nelayan, ada samudra."
"Tambatkan mimpimu sejauh Patagonia dan Aurora Borealis di kutub utara. Memang jauh, tapi bukan berarti tidak mungkin untuk terwujud."
"Semua hal besar tidak pernah mudah. Kau harus keluar dari zona nyaman menghadapi ketakutan terbesarmu, lalu mencari jalan untuk mewujudkan mimpi-mimpimu. Seperti sebuah revolusi dalam level individu."
"Kalau hidup menawarkan banyak pilihan, kenapa kita sering  terjebak dengan menjalani hal-hal yang itu-itu saja?"
"Kalau engkau benar-benar menginginkan sesuatu, lakukanlah. Selalu percaya bahwa bisa melakukannya."
"Tidak masalah bahwa orang tidak mengerti apa yang aku rasakan. Karena apapun hal gila yang ada di pikiranku, aku tahu kalau aku tidak sendirian." 
 
 
 
 
 
 
 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar