Rabu, 13 Januari 2016

Trik Secret Admirer bersama Dance for Two


Keterangan Buku :

Judul : Dance for Two
Penulis : Tyas Effendi
Penyunting : Mita M. Supardi
Proofreader : Christian Simamora
Desain dan Ilustrasi Sampul : Diani Apsari
Penata Letak : Landi A. Handwiko
Ilustrasi Isi : Diani Apsari
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2013
Tebal : VI + 238 hlm,; 13 x 19 cm
Harga : Rp 41.000


REVIEW

Dear editor,

Saya terjebak dalam cerita yang saya mulai sendiri. Saya selalu membiarkanmu mengacaukan kata-kata yang sudah saya urutkan, membiarkanmu memenggal kepala huruf-huruf yang sudah berbaris rapi itu. Saya pun menikmati setiap cara yang saya lakukan untuk merangkainya kembali, lalu menyusunnya menjadi mozaik baru yang kamu suka.

Ini tentangmu, percayalah. Bagian mana dari dirimu yang tidak saya tahu? Tak ada satu celah pun yang terlewat; setiap potong kehidupanmu adalah gambaran paling jelas yang tersimpan dalam benak saya. Setiap langkahmu adalah jejak tanpa putus yang tercetak di atas peta saya.

Saya tidak ingin selamanya menjadi rahasia. Saya hidupkan kamu dalam cerita.
 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Caja Satyasa Hasan, gadis yang merupakan keturunan Jawa-Denmark yang tinggal di Kopenhagen bersama kakek-neneknya dan kakak perempuannya bernama Freja.
seorang balerina yang menyukai angsa, hingga jatuh hati pada pemuda Indonesia yang juga menyelesaikan studinya di Kopenhagen, Albizia.
hingga akhirnya ia menjadi secret admirer yang selalu menguntit Albizia kemanapun pemuda itu pergi. 

Albizia sendiri adalah penyuka fotografi dan pemakaman. Danau Sortedams hingga banyak pemakaman ia singgahi untuk mendapatkan obyek sesuai keinginannya hingga mengenang masa lalunya bernama Ni Luh.
Hal itu yang membuat Caja tak berani mendekati pemuda itu. Baginya Albizia 
masih terikat dengan Ni Luh, walau Ni Luh telah tiada. Jadi, ia hanya mampu menguntit diam-diam bahkan mengetahu seluk beluk Albizia termasuk teman-temannya.
"Segala hal yang terjadi di kehidupan ini bukan kebetulan. Saya yakin kalau ada satu pengatur yang sudah merencanakannya, seperti cerita fiksi  yang ada penulisnya. Tidak ada  kebetulan... " hal 60
Caja tak pernah mengira, pertemuan terakhirnya dengan Al di Danau Sortedam; ketika ia meminjamkan jaket Hagen pada Albizia yang tak pernah mengenalnya, ketika Al mengalami kecelakaan di tempat yang sama, bukanlah benar-benar yang terakhir kalinya.

Takdir berkata lain. 
Ketika ia memutuskan menulis kisahnya untuk dikirimkan kepada penerbit di Indonesia, cerita baru dimulai. 
Caja tak menyangka bahwa yang menjadi editornya tak lain adalah Albizia. 
Lalu, bagaimana akhir cerita Caja?? Akankah Al bisa mengenali dirinya sendiri di konsep cerita yang akan ia sunting? Akankah Albizia bisa melupakan bayang-bayang Ni Luh yang terkadang masih ia sambangi, di Bali sana? 


"Minat setiap orang  sudah tertanam begitu dalam pada diri masing-masing. Ketertarikan kita pada sesuatu itu seperti sudah mengikat kuat dalam diri kita, membuat kita selalu merasa nyaman saat melakukannya." hlm 77
"Orang bilang, kita tidak butuh satu alasan pun untuk menyukai seseorang." hlm 148
Caja menjadi sosok yang begitu mengesankan. Ia menjadi sosok Secret Admirer yang berani menantang arus untuk melakukakn setiap penguntitannya. 
Dimulai dengan mengikuti kemanapun Albizia pergi, dan terus menyukai pemuda itu tanpa menghiraukan nasihat dari temannya, Nikolaj, hingga kakaknya, Freja. 
Caja tahu, jelas-jelas ia mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin. Bagaimana mungkin seseorang menyukai orang lain, yang bahkan tidak mengenalnya sama sekali?
Kadang saya berfikir ketidakmungkinan Caja benar-benar akan terjadi. Atau, kemungkinan lagi ia akan bersama dengan Niko.
Benar, novel ini sungguh menyita perhatian. Mengobrak-abrik banyak konsep atau tebakan yang ada di otak saya. 

Novel ini adalah novel pertama kak Tyas Effendi yang aku baca. Tidak ada alasan khusus aku ingin membacanya. Tapi, setting kota Kopenhagen yang menjadi fokus awal cerita dan tema Secret Admirer (yang akuuu banget :D ahaa.. #plakkk) menjadi magnet tersendiri. Saya nggak boleh melewatkan ini. Tahuuu banget rasanya jadi Caja. hehehee.. --Kita Senasib Caja!! Loh.. Malah curhat :D 


"Kadang, seorang secret admirer pun butuh kepastian. Ya, kan??" - Nikolaj for Caja; hlm 131

Niko dengan kata-kata mak jlebnya (seperti temanku kebanyakan) adalah sosok sahabat yang setidaknya patut diacungi jempol. Disini saya mendukung Niko yang memaksa Caja untuk berhenti menyakiti dirinya sendiri.

Namun, kebanyakan secret admirer (yang pernah aku alami. ciee) Kalau diomongin yaaa nggak bakal nganggep atuh :D :D 
Kalau belum capek ya nggak akan berhenti suka. :D :D 

Penggunaan sudut pandang orang pertama sebagai Caja yang ditandai dengan penggunaan bahasa yang masih baku -saya- dan sebagai Albizia dengan penggunaan -aku- di setiap ceritanya membuat pembaca lebih mudah memahami alur cerita. Penggunaan bahasa asing juga tidak mempersulit karena ada catatan kaki di tiap penggunaannya. 

Namun, banyak penulisan yang saya rasa salah ketik. Penggunaan tanda koma di tiap kalimat langsung yang harusnya tanda titik. Atau, tanda koma yang harusnya tidak dipakai, hingga kata-kata yang harusnya dihilangkan atau ditambahi masih banyak yang saya temui hingga cerita selesai.

Misal ; 
"Makasih, Hagen. Saya kembalikan  besok, ya," harusnya "Makasih, hagen. Saya kembalikan besok." hlm 6
"Are you okay? That's extremely cold," harusnya "Are you okay? That's extremely cold." hlm 8
"Here, you can borrow my jacket," harusnya "Here, you can borrow my jacket." hlm 8
"Aku dan Mauren sendiri masih punya agenda tambahan:membeli bunga hias,. harusnya Aku dan Mauren sendiri masih punya agenda tambahan, yaitu membeli bunga hias,.. hlm 62
"Dia bilang ada jadwal jaga laboratorium kopinya pagi hari. harusnya Dia bilang ada jadwal jaga di laboratorium kopinya pagi hari. hlm 62
"Wanita itu yang duduk di balik kemudi harusnya wanita yang duduk di balik kemudi.

Untuk alur cerita maju mundur yang digunakan tidak membuat bingung pembaca. Gaya penulisannya yang santai juga membuat pencernaan inti cerita mudah dipahami. 

Keseruan teman-teman Albizia selama di Kopenhagen menjadi cerita terseru dalam novel ini. Dari mencuri properti milik Kak freja yang menjadi living statue hingga acara barter untuk mencukupi kebutuhan mereka di tanah rantau mengingatkanku pada persahabatan yang pernah kujalin bersama teman-teman. :D :D

Penokohan cerita yang mempunyai main idea di Albizia dan Caja seolah menutup karakter lainnya untuk muncul. Hagen dan kak Freja, mempunyai cerita yang tidak terlalu diekspos. Hanya Nikolaj, teman Caja yang sering muncul. Pikirku, Niko menyukai Caja. Kalau saja Niko menembak Caja, mungkin lain ceritanya. Hehehe... 
Dari pihak Al, tidak banyak teman yang turut campur. Mungkin Al tergolong seorang pendiam. Jadi, tidak ada teman tempat ia curhat. Terlebih, ketika pulang ke Indonesia, sepertinya tidak ada hubungan lagi dengan teman-teman se-kos yang dulu rameeee banget. :D :D 

Namun, perubahan yang terjadi pada Albizia pada Caja saya rasa terlalu mendaddak. Tidak ada penjelasan yang menyangkut, namun langsung ditembak tepat di pokoknya. Cerita jadi terkesan, ohh.. begitu."
Tapi, untuk keseluruhan cerita ini bisa buat gemas-gemas geregetan juga loh. Terlebih pada Caja. 

Nikolaj, sosok pria bule yang penuh perhatian. Lebih dari Al, aku menyukai Niko. Sebenarnya sangat kecewa tidak ada deskripsi lebih tentang Niko. :D :D :D
Tapi momen bersamanya dengan Caja ketika ia memeluk Caja yang menagis. Patah hati karena Albizia, saya merasakan aroma bahwa ada feel Niko, tapi tidak dijelaskan secara detail. "wanita yang duduk di balik kemudi. :D :D 


"Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti mempunyai arti untuk yang lain -sekecil apapun itu." hlm 91 
"There is no use living in denial. You know exactly the truth, but you don't want to accept it." hlm 153
"Tak perlu menghapus atau membuangnya jauh-jauh dari ingatan, hanya perlu menyadarkan diri sendiri kalau masa itu sudah tercatat sebagai pengalaman." hlm 163
"Isi hati manusia seperti pohon yang bertemu musim. Pohon tak punya penanggalan tetap kecuali penandaan waktu berupa pergantian musim. Kalau dia merasa rapuh saat datang musim kemarau panjang, dia tinggal menggugurkan daun. Kalau dia merasa sangat bahagia bertemu dengan hujan yang datang menderas, dia mengekspresikannya dengan berbunga." hlm 181
"Lebih baik tahu yang sebenarnya walaupun ada resiko kecewa daripada cuma menyimpan semuanya sendiri dan nggak pernah tau perasaannya sampai kapan pun. Ya, kan?" hlm 188
 "Cinta itu nggak perlu logika. Nggak peduli realistis atau nggak. Urusannya bukan sama otak, tapi sama hati." hlm 188
 "saya tidak mau terikat apapun sama dia lagi. Mungkin selama ini saya salah. Mungkin saya terlalu jauh melawan takdir. Tuhan tidak pernah menakdirkan perkenalan saya sama dia, tapi saya terus memaksa." hlm 202

Well, untuk para pemuja rahasia bisa terus melanjutkan misinya, atau mundur pelan-pelan. Sulit memang, antara perasaan dan logika. Tapi, harusnya jangan mengabaikan logika. Semuanya harus berjalan seimbang :D :D  
Kalau emang waktunya berhenti ya berhenti ajalah. Ketimbang makan atiii terus!! (Ehh.. -- yang sudah pengalaman. Hahahhaha.. :D :D) Syukur syukur bisa jadian beneran. Amiinn :D :D

Aja aja fighting!!!!  Buat para secret admirer :D :D
Cinta pertama itu menykitkan,  tapi cinta sepihak itu menyesakkan :D :D