Minggu, 14 Februari 2016

Rose






Keterangan Buku :
Judul Buku : Rose
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit : AfraNovela; kelompok penerbit Indiva Media Kreasi
Penyunting Bahasa : Mastris Radyamas
Setting : Lilik Kurniawan
DesainSampul : Andhi Rasydan
Tebal : 320 hlm; 20 cm


Karena mawar itu berduri, maka ia mampu menjaga keindahan kuntum-kuntumnya. Tetapi, Mawar, gadis tomboy sekaligus jago karate yang senang mendaki gunung ini, tak hanya dituntut menjaga dirinya sendiri. Ia harus mengembalikan kehormatan keluarganya yang tercabik-cabik.

Ketika Cempaka, Sang Kakak nan cantik dan menjadi idola semua pria bermaksud menggugurkan bayi dari hasil hubungan di luar nikahnya, Mawar menentang keras. Ketika si bayi akhirnya lahir dan Cempaka mencampakkannya, Mawar pun merawat Yasmin, si bayi itu. Ia rela orang-orang mengira bahwa Yasmin adalah anaknya, padahal ia tak bersuami, sementara Cempaka, melenggang dalam karirnya tanpa ada yang mencurigai asal-usulnya.

Ketika sang ibu terjebak dalam lilitan hutang, yang membuat rumah mereka disita dan mereka semua harus pergi dari rumah antik peninggalan almarhum ayah mereka, Mawar pun memimpin kebangkitan keluarga dengan bersusah-payah mencari nafkah.

Bahkan, Mawar pula yang berjuang keras membiayai kuliah Melati, adiknya yang bungsu di Fakultas Kedokteran, sementara kuliahnya sendiri terlantar, karena sibuk bekerja.
Bagaimana jika semua pengorbanan itu seperti tak mendapatkan balasan?

**************

Novel yang satu ini berkisah tentang keluarga, pengorbanan, ketulusan dan keikhlasan. 
Sebuah keluarga yang dihuni oleh lima perempuan, tanpa sosok ayah yang telah meninggal. Bu Kusuma, janda dengan 4 anak gadis yang mulai mekar. Si pembarep, Dahlia yang rela bekerja part time untuk mencukupi kebutuhan kuliahnya dan membantu kebutuhan keluarga. Cempaka dan Mawar yang berada di tengah, mempunyai pemikiran yang tumpang tindih, hingga mengakibatkan cekcok setiap kali bertemu.
Dan yang terakhir, Melati. Masih SMA, dan menginginkan melanjutkan sekolah, berada dalam tekanan ketika pergolakan batinnya menemukan Tuhan. 


"Dalam hidup ini memang harus ada yang mau berkorban. Kalau tidak ada yang bersedia berkorban, justru hancur semua."

Hutang yang membelit keluarga memaksa semuanya banting tulang untuk menutupinya. Dahlia hingga Melati terus sibuk berupaya menggali penghasilan dari sektor yang dirasa bisa diusahakan. Namun, bukan hanya itu satu-satunya masalah yang keluarga ini hadapi. Ranumnya kuncup yang tengah mekar lebur begitu saja, menyisakan luka yang begitu mendalam untuk seluruh penghuni.

"Siapapun dicaci maki pastilah sakit! Apalagi oleh saudara sendiri."
"Satu kebohongan pasti ditutupi kebohongan yang lain. Dikejar rasa berdosa, tak enak rasanya. Tidur tak tenang, makan tak bisa kenyang, bertemu orang tak nyaman."
Keberagaman karakter yang diciptakan sangat membuat jalannya cerita menarik untuk diikuti. Dahlia yang penyabar dan bekerja keras, hanya itu yang sedikit banyak kutangkap dari sosok Dahlia sebagai anak tertua.
Masalah justru banyak timbul dari Cempaka dan Mawar yang berada di tengah. Melati, si bungsu yang cukup manis menutup keempat tangkai bunga bu Kusuma.
Cempaka memang tercantik dari seluruh kuntum di keluarga itu. Namun, harusnya itu tak membuat dirinya dengan gampang menerima siapapun untuk bertamu atau menjadi temannya, terutama lelaki. Hal itu yang membuat Mawar, si tomboy yang cuek jengah. Hingga akhirnya Cempaka memutuskan keluar dari rumah dan memilih kos dekat dengan  tempat kuliahnya. usut punya usut, ternyata Cempaka juga bekerja sebagai salah satu penyiar di sebuah radio. Dan dari situlah, cerita mulai berlanjut.

"Target kita sekarang sekolah. Sekolah! Biar besok hidup lebih layak. Kalau dari sekarang nggak punya planning, suka borosin uang, mengekor gaya hidup orang-orang yang nggak punya tujuan hidup, bisa hancur masa depan.

Novel kedua yang kubaca dari Sinta Yudisia ini punya topik berbeda dari buku sebelumnya, Bulan Nararya. Tidak ada latar psikologis. Hanya sebuah keluarga dengan perempuan-perempuan yang berusaha keras dalam kehidupan.
Sekolah memang tujuan mereka dari awal. mencari bekal untuk kehidupan ke depan lebih baik. Di masa depan, setelah momen-momen dramatis Cempaka, ia menjadi anak tersukses. Menjadi presenter televisi Swasta di Jakarta, hingga memiliki suami mapan nan tampan. Sementara ketiga saudara lainnya, Dahlia menemukan pendamping hidup. Melati? Ia menjadi dokter dan dipinang oleh seorang dokter pula. Mawar? Gadis tomboy penyuka bela diri dan naik gunung itu akhirnya melepas kuliahnya. Setelah rumah dijual, ia banting tulang membuat usaha yang setidaknya membuat keluarganya bangkit. Dan, kerja kerasnya pun membuahkan hasil :D

Alur cerita yang gampang diikuti. Aku menyukai perjuangan Mawar, bahkan ketika ia harus dilangkahi Melati dalam urusan cinta. Dan mengurus Yasmin, yang notabene adalah anak Cempaka yang tidak diakui Cempaka. Disini, keikhlasan benar-benar sangat jelas disampaikan. Bagaimana mengabaikan perasaan diri sendiri, hanya untuk keluarga. Sentuhan-sentuhan agama juga banyak tertulis disini. Bagaimana menjadi pribadi lebih baik, hingga menjadikan Tuhan sebagai pegangan.

Penggunaan sudut pandang orang ketiga tidak menjadi penghalang untuk memahami alur bahkan pesan moral yang banyak disampaikan dalam cerita yang ditulis kak Sinta kali ini. Hanya saja, ending cerita yang lagi seru-serunya berakhir begitu saja. Bukannya tidak menyukai kebahagiaan Mawar, pikirku, jika lebih diperlama, rasanya akan lebih mengena di pembaca :D
Bukan hanya itu, pilihan Yasmin pun dirasa jatuh tidak terlalu enak.

Tapi, cerita keluarga yang disampaikan sungguh menyentuh. Tiap-tiap momen keluarga yang berharga, hingga mengingatkanku pada ibu di rumah :D hingga ingin menghasbiskan tiap libur kerja di rumah saja. Hehehee :D :D Untuk MVP nya ya Mawar dong. :D Terlebih kata-katanya yang mak jleb seperti ini :
"Apa karena mbak Cempaka paling cantik, jadi paling disayang? Seolah dia nggak pernah salah walau kelakuannya kelewata."
Sedikit cerita yaa. Aku udah ngalamin rasanya seperti Mawar. Bukan perjuangannya. Bapak masih ada, ibu juga. Tapi untuk karakter yang tomboy, sensitif aku punya. Terlebih, adik perempuanku cantik. Beda dari aku. Rasanya selalu dibeda-bedakan, (tapi adikku beda cerita sama Cempaka :D )  apalagi aku juag dilangkahi. Hehee... Puk puk saya sendiri. :D >=< Tapi, kalau di cerita ada 'akan indah pada waktunya' sekarang akku juga lagi menanti seperti Mawar. When will they come. 
Tapi, semuanya patut diacungi jempol, kecuali Cempaka. Yah, meskipun ia mulai sadar, keegoisannya tetap tidak berkurang.

Selain pesan moral yang berharga, banyak quote-quote hingga sindiran berserakan yang sungguh bisa jadi pelajaran dan mengena di hati (Terkadang ikut ketohok juga :D). Hingga aku bingung akhirnya harus menulis semuanya di buku catatan :D
Seperti di bawah ini. Enjoy this quote :
"Anak-anak tak pernah merasa lelah, tak pernah menyimpan keburukan di hati."
"Manusia itu memang seharusnya menapaki pergantian seperti ulat  yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Semakin lama, semakin indah, bukannya semakin membusuk."
"Mengenai ajaran islan, hampir setiap orang ,uslim mengakui kebenarannya. Tapi giliran pelaksanaan, wah pikir-pikir dulu. Pakai tawar-menawar lagi." 
 "Hati manusia memang mudah terbolak balik. Tapi, karena alasan itukah orang lantas tidak mau berhijab? Takut tidak istiqomah.
 "Bukan berarti ketika seseorang giat beribadah dan dekat kepada Tuhan, hidupnya mulus tanpa ujian. Beriman tidak beriman, beramal tidak beramal, manusia selalu menemui masalah. Bedanya, mana yang mampu berpikir jernih dan mencari jalan keluar; mana yang segera putus asa. Kalaupun menemukan jalan keluar, semakin berbelit rumit dalam kesulitan tiada akhir."
"Pada suatu masa, ada baiknya tak mencari-cari ilmu sendiri. Namun dituntun oleh mereka yang memang memiliki kapasitas, baik kebijaksanaan maupun kadar pengetahuan."
"Ada banyak hal yang tidak bisa dijawab. Ada banyak pertanyaan yang kadang tak memiliki penjelasan. Married is a gambling. Pernikahan itu perjudian. Kdang menang, kadang kalah. Jangan berharap terlalu banyak. Itu saja. Kau akan kecewa."
"Apa yang terlihat mata seringkali bukan yang tampak sebenarnya."
"Manusia tempat salah dan lupa, tetapi yang terburuk adalah melupakan kesalahan yang pernah dibuatnya."
 "Tuhan tak pernah melupakan doa-doa. Bahkan ketika manusia sudah melupakan apa yang pernah dimintanya."
"Kesalahan bukan hal yang tak dapat berlalu bugitu saja. Banyak hal yang tak terselesaikan di masa lalu, bukan berlalu menguap begitu tanpa bekas. Ia menghilang, tapi tidak lenyap. Ia pergi, tapi tak terhapus." 
  
Nah, masih mikir lagi mau baca novel ini? Dijamin nggak nyesel deh :D
Sangat direkomendasikan buat siapa saja yang ingin cerita ringan ala keluarga dengan masalah kehidupan yang mengiringi.
Buat kak Sinta, ditunggu terus karya-karyanya :D