Jumat, 29 April 2016

Review Novel Cinta Paket Hemat





IDENTITAS BUKU :
Judul : Cinta Paket Hemat
Penulis : Retni SB
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 278 halaman
Terbit : April 2007
ISBN : 978-979-22-2830-4

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SINOPSIS :

Pipit Astuti, seorang gadis dengan pekerjaan, teman, dan kehidupan yang serba ada harus kerepotan ketika suatu kejadian buruk terjadi. Gempa bumi di Yogya yang merenggut nyawa kakak perempuan (Lia) dan kakak iparnya (Fadil), membuat kehidupannya berubah 180 derajat. Dari ayem-ayem saja, menjadi serba kerepotan di sana-sini. Bukan apa-apa, karena mendiang kakaknya masih mempunyai anak berusia 5 tahun yang harus dirawat. Otomatis, tanggung jawab beralih ke dirinya.

Namun, bukan hanya tanggung jawab menjadi orang tua tunggal biasa. Lio, keponakannya itu mengidap autis, sehingga bisa dibayangkan bagaimana kerepotan yang akan terjadi. 

Pekerjaan kantor, urusan antar jemput Lio di sebuah lembaga pendidikan anak autis, menguras segala emosi, pikiran dan tenaganya. Belum lagi, ketika ia menyadari membutuhkan seseorang sebagai pendamping, untuk bersama mengurusi Lio.

Namun, semuanya tidak berjalan sesuai harapan, Pipit keteteran marawat Lio. Putus dari pacarnya ketika ia mangajaknya menikah. Dan ambur adul dengan pekerjaan hingga dipecat. Untungnya, ada sosok Aries, adik dari mendiang Fadil. Setidaknya, kesetresan Pipit tak 'menjadi' ketika ia terlihat sungguh tersiksa'.

REVIEW :

Novel ini terbit tahun 2007. Dan, di masa-masa itu saya masih anak sekolah yang nggak punya duwit lebih buat beli buku. Dan penulisnya pun sangat tidak familiar dengan kuping jadul saya. :D :D :D

Ini juga dapat karena isenng. *** Sedikit cerita ya asal mulanya nemu buku yang keren banget ini. ***
Seaktu pulang takziah dari luar kota, rekan-rekan ngajak mampir di supermarket gede, macam Matahari gitu.  Lah, saya yang nggak suka belanja baju, muter-muter sendiri nggak jelas. Ehh, ketemu stan dengan banyak buku dan harganya muuuraaaaaaaaaah banget. Bayangkan!!**
Jadi, ya gitu deh, akhirnya milih-milih dan iseng ngambil buku yang satu ini. Nggak cuma satu, aku juga nemu karyanya Clara Ng yang The (Un) Reality Show kalau nggak salah, tapi belum kebaca.
*** nggak penting ya #plaaaaakk. 

Satu hal yang buat pengin baca novel ini sih, nggak jauh terlepas karena covernya yang lucuuu banget. 
Bayanganku sih, tentang romansa romeo-juliet. Ehhh.. Ternyata jauh beda. Tokohnya itu jauh dari kalem dan tertindas. Wkekeke .. "Meskipun Pipit selalu ngerasa tertindas yaa"

Pipit, cewek galak banget, yang kayaknya juga bisa 'peminim'. Belum lagi Aries, cowok slengekan yang ternyata juga bisa dewasaaaa banget. Pokoknya kalau dari segi karakter tokoh utamanya, saya sangat terkecoh dengan penampilan buku. Tapi, cukup puas dengan semuanya. Cuman, Pipit itu terlalu meledak-ledak, kadang juga setuju sama Aries, heheh.. Pipit itu kekanank-kanakan. Nggak bisa mendem apa yang nggak dia suka. Apa adanya sih, blak-blakan juga, sampai nggak bisa nyembunyiin raut wajahnya ketika menderita. Sampai kena sindir rekan sekantornya aka teman se-gengnya.
"Masalah itu harus diatasin. Bukannya dimuntahin ke muka orang lain. Jadi nggak perlu deh pasang gaya kayak orang paling menderita sedunia."
Penggunaan alur maju dengan sudut pandang pertama Pipit dan Aries (tapi paling banyaknya di Pipit. padahal selalu nunggu-nunggu jatahnya Aries. Penggunaan karakter Aries ini jadi favorit (soalnya masih gagal move on dari Baek In Ho nya #CheeseInTheTrap.) Cowok yang slengekan, usil, dan banyak tingkah tapi lucu dan sweeeeettttt banget. Nggak pake gula padahal. :D :D Bedanya, Aries bukan second lead.  Ahh, malah ke drama korea. #Abaikan :P :P

Novel metropop dari penulis yang pertama kali saya coba (maksudnya, penulis yang belum pernah saya dengar namanya). Sangat memuaskan dan nggak bikin kecewa. Kan, biasanya saya selalu lihat review dulu kalau beli buku. Dan ini, tidak ada review,  tapi ceritanya memuaskan. Gaya penuturunnya juga sangat enaaaaaaaaak sekali. #Bukan makanan loh ya. Meskipun nggak banyak quote rasanya, bisa belajar banyak di novel ini. Pengetahuan tambahan tentang anak autis, hingga pesan moral yang sangat mudah dicerna. Ada juga pengenalan Indonesia sedikit terselip di cerita.  Selain itu, bahasanya yang tertata rapi, ringan dan jarang ditemui typo atau penyusunan kalimat yang salah menambah nilai cerita ini.

Banyak kejadian yang bikin ketawa-ketiwi atau sebal. 
Apalagi, waktu Pipit nembak Aries, dan ketika blak-balakan cemburu sama Amy. Saya bisa sangat tersenyum lebar membayangkan kelakuan Pipit. Waktu ngamuk juga,.. Ya Tuhan,, ini cewek... :D :D
Well, Aries dan Pipit jadi bikin baper. Apalagi endingnya seperti melihat drama korea. Wkekke.. Belum lagi kekonyolan mereka berdua. Wahh, bikin senyum-senyum sendiri. Meski kayak kucing dan tikus, tapi mereka pasangan serasi kok. Walau ada Amy yang se-perfect miss Universe. Tetep aja suka sama tingkahnya Pipit :D :D 

"Pacaran bukan hitungan untung rugi atau kalkulasi kebutuhan. pacaran adalah cinta. Dan cinta adalah nyawanya hidup. Belakangan ini, aku memang sering memikirkan dia. Ada dorongan untuk memberinya perhatian lebih. Apakah itu cinta? Atau sekadar sayang? Atau cuma kasian?"
Ada yang tahu, ini isi hati siapa??

Oh iya, setelah menghabiskan cerita, saya mulai bertanya-tanya. Kenapa kok judulnya 'Cinta paket hemat"???? Saya belum 'ngeh' sampai sekarang. :D :D :D  

Dapat bintang 4 deh, dari saya :D :D Recommend untuk yang merasa hidupnya paling susaaaah di dunia.  :D :D

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yang terakhir, ada sedikit sindiran ataupun quote ringan yang berhasil saya rangkum disini. Check it out.
  • Tak ada yang bisa menyelesaikan problem kita selain dirti kita sendiri. Omong kosong dengan teman-teman. Mereka cuma bisa bicara. Ya, apa susahnya bicara? Itu kan memang sudah jadi tugasnya para penonton?
  • Cinta itu obat manjur buat orang-orang tertekan
  • Memangnya semua itu masalah super berat yang sudah dipasangi bandrol dengan harga mati tak teratasi? Ha! Jangan mengigau! Buka mata! Pasang telinga! Ribuan orang lain yang punya masalah lebih berat dariku ternyata bisa tetap hidup. H-I-D-U-P
  • Pipit tak selalu bisa ditebak. Kadang dia seperti foton dalam pigura. Kadang seperti foto dalam karung goni.
  • Haruskan cintaku kuberikan begitu saja? Cinta adalah urusan hati. Untuk menyatuka kedua hati, diperlukan kesungguhan kedua belah pihak. Aku ingin sekali tahu perasaannya sebenarnya.
  • Mungkin, aku hanya akan menjadi kenangan. Mudah-mudahan, kenangan indah yang akan terasa manis jika menyelinap diam-diam dalam bayangan, pada saat-saat luang.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau Aries? Bisa cemburu nggak dia? Penasaran gimana cemburunya Aries???
Masih nggak pengin novel satu ini??? :D :D

Senin, 11 April 2016

Menikmati Australia dari 'Under The Southern Stars'



Under The Southern Stars


Penulis: Anida Dyah
Editor: Resita Wahyu Febiratri & Alit Tisna Palupi
Penata letak: Anida Dyah
Penyelaras tata letak: Erina Puspitasari
Desain cover: Anida Dyah
Ilustrasi peta: Thomas Texier
Credit photo: Anida Dyah
Penerbit: GagasMedia
Terbit: I, 2014
Tebal: 320 hlm

Aku mengulurkan tangan ke atas, menggapai udara. Berusaha meraih bintang di angkasa. Pikiranku seperti bintang-bintang itu. Tersebar secara bebas dan acak.

“Cantik, ya, cahayanya?” Thomas berkata dengan tenang dan pelan. “Ini adalah salah satu tempat terbaik di dunia untuk melihat jutaan bintang dengan mata telanjang,” lanjutnya.

Aymeric menarik napas panjang. “Ribuan kilometer dari sini, teman-teman kita mungkin sedang makan malam di restoran atau menikmati sejuta kemewahan dan kenyamanan.” Ia lalu tersenyum. “Tapi, aku lebih memilih kebebasan ini.”

Aku mengangguk setuju.
***
Alam menawarkan kebebasan penuh untuk bertualang tanpa akhir. Mengarungi hutan, gunung, dan laut yang seakan tak bertepi.

Dengan penuh rasa penasaran, empat petualang memulai perjalanan road trip untuk menjelajah dunia yang belum mereka jejaki. Dengan penuh kebebasan—Anida dari Indonesia, Thomas dan Aymeric dari Prancis, serta Judith dari Jerman—mereka mengarungi alam Australia. Menjelajahi hutan eukaliptus, melintasi gurun, meniti patahan Antartika, hingga bertemu kanguru dan koala. Namun, kebebasan tiap individu mulai bersilangan ketika mereka memilih langit dan perjalanan yang berbeda. 

Perjalanan telah mengajarkan mereka banyak hal, tentang bertahan hidup, pertemanan, juga kebebasan yang bersyarat.
--------------------------------------------------

Anida memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Memilih meninggalkan zona nyaman, dan mencari pertualangan baru hanya untuk melihat, 'lebih biru mana langit dan samudra?' Menjadi solo traveler, dan mengepak barang-barangnya untuk terbang ke benua Kanguru sendirian dengan bekal uang tabungan hasil jerih payahnya.

Sesampainya di sana, ia tak langsung melakukan road trip pada umumnya. Ia harus mempersiapkan hal-hal lain. Biaya hidup yang jauh berbeda dengan di Indonesia membuat uang yang dibawanya tidak cukup untuk hidup sehari, bahkan untuk mengelilingi Australia untuk mengeksplor keindahan alamnya. 
Ia harus menjadi pekerja serabutan dimanapun tempatnya dan apapun pekerjaannya. Bahkan ia rela mem-palsukan Curriculum Vitae -nya agar diterima di sebuah restoran. 

Cerita tidak berakhir sampai disitu. Petualangan sebenarnya dilakukan setelah ia bertemu Judith, Thomas dan Aymeric lewat situs Gumtree. Perbedaan pendapat, cekcok, bersitegang, sudah menjadi hal lumrah hampir selama sebulan kebersamaan. Hal sepele seperti makanan misalnya. Judith yang vegetarian sangat pilih-pilih dalam hal makanan membuat yang lainnya keberatan. Namun rasa canggung, membuat bom waktu tersendiri karena tak bisa mengungkapkan hal-hal yang diinginkan atau tidak diinginkan yang lainnya.

Lalu, akankah mereka berhasil sampai di tujuan akhir bersama-sama menilik perseteruan Aymeric dan Judith yang semakin memanas dan tidak ada yang mau mengalah satu sama lain??
Atau... Hanya beberapa yang menyelesaikan 'misi' dan berpisah di tengah jalan??

---------------------------------------

Untuk pertama kali, rasanya masih ragu untuk membuka lembar demi lembar. Tapi, tema traveling yang diangkat cukup menggoda minat baca yang sebenarnya punya cita-cita travelling kemana saja. Dan terkadang pintu kemana saja Doraemon, ingin sekali dipinjam. Hehehe.. :D :D
"Siapapun pasti tergoda dengan kata-kata keliling dunia. Semua ingin melakukannya. Tetapi, mengepak barang dan benar-benar pergi? Tidak semua bisa."
Well, tidak ada yang salah dengan ucapan traveler cantik satu ini. Aku juga setuju. Tidak semua bisa memilih meninggalkan pekerjaan tetap di usia yang seharusnya ia jalani untuk berfikir tentang masa depan, pasangan hidup, keluarga.

Tapi, menurut kak Anida, (yang akupun mengamininya juga)
"Tidak ada yang lebih nyata dari melihat dan merasakan sendiri realitas dunia yang sedang terjadi di depan mata kita." 

Menjadi solo traveler yang mengunjungi tempat baru dengan hanya berbekal tabungan hasil kerja tetapnya selama bertahun-tahun dan situs 'Gumtree' rasanya terdengar sangat mengerikan. Jauh dari orang-orang yang berbahasa sama, latar belakang, hingga tempat yang jauh di seberang kampung halaman.

Anida memilih melepas jabatannya, mengepak barang-barang dan menuju Australia tanpa banyak info yang ia dapat. Mengandalkan situs untuk mencari lowongan pekerjaan untuk mendapatkan uang agar bisa mencukupi kebutuhannya di Australia dan untuk rencana perjalanannya ke Melbourne.
"Jika keuanganmu di level biasa-biasa saja dan tak tahu kapan akan kembali, berjalan-jalan di Australia tanpa uang yang cukup adalah bunuh diri, tercekik dengan nilai tukar dan harga barang yang sangat tinggi."
Hingga menemukan solo traveler lainnya yang mau diajak jalan bersama. Judith dari Jerman, Aymeric dan thomas dari Paris. 2 lelaki, 2 perempuan, dari 3 negara yang berbeda berkumpul untuk bersama-sama menjelajahi Australia.

But, semuanya nggak segampang itu, kan? Yup, disini banyak diceritakan suka duka bagaimana bepergian dengan banyak orang, terutama dengan isi kepala yang berbeda-beda pula. Banyak hal yang tidak sependapat yang menjadi sumber cekcok.

Tapi, bukan itu yang menjadi pemikat dari buku ini. Pohon Eukaliptus raksasa, Wine tester, Kanguru, Koala, hingga pantai indah menjadi panorama menggiurkan yang sulit untuk tidak membuat diri ini menjadi tak berdaya hanya bisa membayangkan keseruan para tokoh cerita melakukan banyak hal yang mereka inginkan.

Rasanya, seperti benar-benar ada di Australia dan pengen menjadi solo travel yang bebas melakukan hal-hal luar biasa, tanpa tekanan, dan hal-hal monoton seperti di balik kubikel kerja.

Penjabaran detail tiap-tiap tempat yang dikunjungi sangatlah mudah dipahami. Hingga akupun berandai-andai, bisa menikmati keseruan memanjat pohon Karri tua di Pemberton dengan ketinggian 58m paling rendah. Wow..... Aku sangat menikmati tiap perjalanannya.

Dengan gaya bahasa yang sangat ringan, aku mengikuti alur yang disajikan dalan traveling ala kak Anida. Rasanya, kita bisa menikmati setiap jengkal sensasinya, tanpa bisa menghentikan rasa candu.
Terlebih, banyak pelajaran penting yang kita peroleh dari sini. Bagaimana mempersiapkan solo travel kita, bagaimana keuangan, rencana tempat yang harus kita kunjungi, dan teman. Ya, teman perjalanan yang setidaknya punya pemikiran sama dan tidak ribet menurutku.

Dari keempat solo traveler ini, aku hampir selalu setuju dengan kak Anida. Lebih saling memahami perbedaan, lebih memilih diam, jika yang lain cekcok. Namun terkadang menyuarakan pendapatnya jika dirasa perlu, dan ketika keegoisan yang lain sudah sedikit tidak bisa ditolerir.

Judith, adalah sosok ter-egois versiku. Yaa, tapi aku sedikit mengerti akan tingkahnya. Namun, kadang aku juga sebal. Hihihi.... (Beribu maaf buat kak Judith kalau melihat tulisan saya. wkwkekeke.)

Well, cukup seru "liburan" kali ini di Australia. Next, masih menunggu tempat lain yang mungkin bakal dibukukan lagi oleh kak Anida. Dan, untuk solo traveler yang mau jalan-jalan, coba baca buku ini siapa tahu pengen ikutan kak Anida, atau untuk para traveler pemula, boleh kok belajar dari buku kak Anida ini.

Okeeeee... Sampai disini dulu ya, review kali ini. Untuk penutupnya ada sedikit kutipan yang sedikit mengena atau memotivasi. :D Enjoy this!!

"Sebagai solo traveler, tidak ada tempat untuk berdiskusi selain diri sendiri."
 "Bagaimanapun juga, ibu selalu mengajariku untuk melakukan segala sesuatunya dengan hati dan senyuman. Betapapun beratnya pekerjaan."
"Satu poin tambahan untuk kebebasan dalam road trip. Bebas untuk menentukan lokasi toilet!"
"Bumi bukan hanya tempat bersekolah, atau rumah tempat berkumpul dengan keluarga saja. Ada nelayan, ada samudra."
"Tambatkan mimpimu sejauh Patagonia dan Aurora Borealis di kutub utara. Memang jauh, tapi bukan berarti tidak mungkin untuk terwujud."
"Semua hal besar tidak pernah mudah. Kau harus keluar dari zona nyaman menghadapi ketakutan terbesarmu, lalu mencari jalan untuk mewujudkan mimpi-mimpimu. Seperti sebuah revolusi dalam level individu."
"Kalau hidup menawarkan banyak pilihan, kenapa kita sering  terjebak dengan menjalani hal-hal yang itu-itu saja?"
"Kalau engkau benar-benar menginginkan sesuatu, lakukanlah. Selalu percaya bahwa bisa melakukannya."
"Tidak masalah bahwa orang tidak mengerti apa yang aku rasakan. Karena apapun hal gila yang ada di pikiranku, aku tahu kalau aku tidak sendirian." 
 
 
 
 
 
 
 






Minggu, 14 Februari 2016

Rose






Keterangan Buku :
Judul Buku : Rose
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit : AfraNovela; kelompok penerbit Indiva Media Kreasi
Penyunting Bahasa : Mastris Radyamas
Setting : Lilik Kurniawan
DesainSampul : Andhi Rasydan
Tebal : 320 hlm; 20 cm


Karena mawar itu berduri, maka ia mampu menjaga keindahan kuntum-kuntumnya. Tetapi, Mawar, gadis tomboy sekaligus jago karate yang senang mendaki gunung ini, tak hanya dituntut menjaga dirinya sendiri. Ia harus mengembalikan kehormatan keluarganya yang tercabik-cabik.

Ketika Cempaka, Sang Kakak nan cantik dan menjadi idola semua pria bermaksud menggugurkan bayi dari hasil hubungan di luar nikahnya, Mawar menentang keras. Ketika si bayi akhirnya lahir dan Cempaka mencampakkannya, Mawar pun merawat Yasmin, si bayi itu. Ia rela orang-orang mengira bahwa Yasmin adalah anaknya, padahal ia tak bersuami, sementara Cempaka, melenggang dalam karirnya tanpa ada yang mencurigai asal-usulnya.

Ketika sang ibu terjebak dalam lilitan hutang, yang membuat rumah mereka disita dan mereka semua harus pergi dari rumah antik peninggalan almarhum ayah mereka, Mawar pun memimpin kebangkitan keluarga dengan bersusah-payah mencari nafkah.

Bahkan, Mawar pula yang berjuang keras membiayai kuliah Melati, adiknya yang bungsu di Fakultas Kedokteran, sementara kuliahnya sendiri terlantar, karena sibuk bekerja.
Bagaimana jika semua pengorbanan itu seperti tak mendapatkan balasan?

**************

Novel yang satu ini berkisah tentang keluarga, pengorbanan, ketulusan dan keikhlasan. 
Sebuah keluarga yang dihuni oleh lima perempuan, tanpa sosok ayah yang telah meninggal. Bu Kusuma, janda dengan 4 anak gadis yang mulai mekar. Si pembarep, Dahlia yang rela bekerja part time untuk mencukupi kebutuhan kuliahnya dan membantu kebutuhan keluarga. Cempaka dan Mawar yang berada di tengah, mempunyai pemikiran yang tumpang tindih, hingga mengakibatkan cekcok setiap kali bertemu.
Dan yang terakhir, Melati. Masih SMA, dan menginginkan melanjutkan sekolah, berada dalam tekanan ketika pergolakan batinnya menemukan Tuhan. 


"Dalam hidup ini memang harus ada yang mau berkorban. Kalau tidak ada yang bersedia berkorban, justru hancur semua."

Hutang yang membelit keluarga memaksa semuanya banting tulang untuk menutupinya. Dahlia hingga Melati terus sibuk berupaya menggali penghasilan dari sektor yang dirasa bisa diusahakan. Namun, bukan hanya itu satu-satunya masalah yang keluarga ini hadapi. Ranumnya kuncup yang tengah mekar lebur begitu saja, menyisakan luka yang begitu mendalam untuk seluruh penghuni.

"Siapapun dicaci maki pastilah sakit! Apalagi oleh saudara sendiri."
"Satu kebohongan pasti ditutupi kebohongan yang lain. Dikejar rasa berdosa, tak enak rasanya. Tidur tak tenang, makan tak bisa kenyang, bertemu orang tak nyaman."
Keberagaman karakter yang diciptakan sangat membuat jalannya cerita menarik untuk diikuti. Dahlia yang penyabar dan bekerja keras, hanya itu yang sedikit banyak kutangkap dari sosok Dahlia sebagai anak tertua.
Masalah justru banyak timbul dari Cempaka dan Mawar yang berada di tengah. Melati, si bungsu yang cukup manis menutup keempat tangkai bunga bu Kusuma.
Cempaka memang tercantik dari seluruh kuntum di keluarga itu. Namun, harusnya itu tak membuat dirinya dengan gampang menerima siapapun untuk bertamu atau menjadi temannya, terutama lelaki. Hal itu yang membuat Mawar, si tomboy yang cuek jengah. Hingga akhirnya Cempaka memutuskan keluar dari rumah dan memilih kos dekat dengan  tempat kuliahnya. usut punya usut, ternyata Cempaka juga bekerja sebagai salah satu penyiar di sebuah radio. Dan dari situlah, cerita mulai berlanjut.

"Target kita sekarang sekolah. Sekolah! Biar besok hidup lebih layak. Kalau dari sekarang nggak punya planning, suka borosin uang, mengekor gaya hidup orang-orang yang nggak punya tujuan hidup, bisa hancur masa depan.

Novel kedua yang kubaca dari Sinta Yudisia ini punya topik berbeda dari buku sebelumnya, Bulan Nararya. Tidak ada latar psikologis. Hanya sebuah keluarga dengan perempuan-perempuan yang berusaha keras dalam kehidupan.
Sekolah memang tujuan mereka dari awal. mencari bekal untuk kehidupan ke depan lebih baik. Di masa depan, setelah momen-momen dramatis Cempaka, ia menjadi anak tersukses. Menjadi presenter televisi Swasta di Jakarta, hingga memiliki suami mapan nan tampan. Sementara ketiga saudara lainnya, Dahlia menemukan pendamping hidup. Melati? Ia menjadi dokter dan dipinang oleh seorang dokter pula. Mawar? Gadis tomboy penyuka bela diri dan naik gunung itu akhirnya melepas kuliahnya. Setelah rumah dijual, ia banting tulang membuat usaha yang setidaknya membuat keluarganya bangkit. Dan, kerja kerasnya pun membuahkan hasil :D

Alur cerita yang gampang diikuti. Aku menyukai perjuangan Mawar, bahkan ketika ia harus dilangkahi Melati dalam urusan cinta. Dan mengurus Yasmin, yang notabene adalah anak Cempaka yang tidak diakui Cempaka. Disini, keikhlasan benar-benar sangat jelas disampaikan. Bagaimana mengabaikan perasaan diri sendiri, hanya untuk keluarga. Sentuhan-sentuhan agama juga banyak tertulis disini. Bagaimana menjadi pribadi lebih baik, hingga menjadikan Tuhan sebagai pegangan.

Penggunaan sudut pandang orang ketiga tidak menjadi penghalang untuk memahami alur bahkan pesan moral yang banyak disampaikan dalam cerita yang ditulis kak Sinta kali ini. Hanya saja, ending cerita yang lagi seru-serunya berakhir begitu saja. Bukannya tidak menyukai kebahagiaan Mawar, pikirku, jika lebih diperlama, rasanya akan lebih mengena di pembaca :D
Bukan hanya itu, pilihan Yasmin pun dirasa jatuh tidak terlalu enak.

Tapi, cerita keluarga yang disampaikan sungguh menyentuh. Tiap-tiap momen keluarga yang berharga, hingga mengingatkanku pada ibu di rumah :D hingga ingin menghasbiskan tiap libur kerja di rumah saja. Hehehee :D :D Untuk MVP nya ya Mawar dong. :D Terlebih kata-katanya yang mak jleb seperti ini :
"Apa karena mbak Cempaka paling cantik, jadi paling disayang? Seolah dia nggak pernah salah walau kelakuannya kelewata."
Sedikit cerita yaa. Aku udah ngalamin rasanya seperti Mawar. Bukan perjuangannya. Bapak masih ada, ibu juga. Tapi untuk karakter yang tomboy, sensitif aku punya. Terlebih, adik perempuanku cantik. Beda dari aku. Rasanya selalu dibeda-bedakan, (tapi adikku beda cerita sama Cempaka :D )  apalagi aku juag dilangkahi. Hehee... Puk puk saya sendiri. :D >=< Tapi, kalau di cerita ada 'akan indah pada waktunya' sekarang akku juga lagi menanti seperti Mawar. When will they come. 
Tapi, semuanya patut diacungi jempol, kecuali Cempaka. Yah, meskipun ia mulai sadar, keegoisannya tetap tidak berkurang.

Selain pesan moral yang berharga, banyak quote-quote hingga sindiran berserakan yang sungguh bisa jadi pelajaran dan mengena di hati (Terkadang ikut ketohok juga :D). Hingga aku bingung akhirnya harus menulis semuanya di buku catatan :D
Seperti di bawah ini. Enjoy this quote :
"Anak-anak tak pernah merasa lelah, tak pernah menyimpan keburukan di hati."
"Manusia itu memang seharusnya menapaki pergantian seperti ulat  yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Semakin lama, semakin indah, bukannya semakin membusuk."
"Mengenai ajaran islan, hampir setiap orang ,uslim mengakui kebenarannya. Tapi giliran pelaksanaan, wah pikir-pikir dulu. Pakai tawar-menawar lagi." 
 "Hati manusia memang mudah terbolak balik. Tapi, karena alasan itukah orang lantas tidak mau berhijab? Takut tidak istiqomah.
 "Bukan berarti ketika seseorang giat beribadah dan dekat kepada Tuhan, hidupnya mulus tanpa ujian. Beriman tidak beriman, beramal tidak beramal, manusia selalu menemui masalah. Bedanya, mana yang mampu berpikir jernih dan mencari jalan keluar; mana yang segera putus asa. Kalaupun menemukan jalan keluar, semakin berbelit rumit dalam kesulitan tiada akhir."
"Pada suatu masa, ada baiknya tak mencari-cari ilmu sendiri. Namun dituntun oleh mereka yang memang memiliki kapasitas, baik kebijaksanaan maupun kadar pengetahuan."
"Ada banyak hal yang tidak bisa dijawab. Ada banyak pertanyaan yang kadang tak memiliki penjelasan. Married is a gambling. Pernikahan itu perjudian. Kdang menang, kadang kalah. Jangan berharap terlalu banyak. Itu saja. Kau akan kecewa."
"Apa yang terlihat mata seringkali bukan yang tampak sebenarnya."
"Manusia tempat salah dan lupa, tetapi yang terburuk adalah melupakan kesalahan yang pernah dibuatnya."
 "Tuhan tak pernah melupakan doa-doa. Bahkan ketika manusia sudah melupakan apa yang pernah dimintanya."
"Kesalahan bukan hal yang tak dapat berlalu bugitu saja. Banyak hal yang tak terselesaikan di masa lalu, bukan berlalu menguap begitu tanpa bekas. Ia menghilang, tapi tidak lenyap. Ia pergi, tapi tak terhapus." 
  
Nah, masih mikir lagi mau baca novel ini? Dijamin nggak nyesel deh :D
Sangat direkomendasikan buat siapa saja yang ingin cerita ringan ala keluarga dengan masalah kehidupan yang mengiringi.
Buat kak Sinta, ditunggu terus karya-karyanya :D


Rabu, 13 Januari 2016

Trik Secret Admirer bersama Dance for Two


Keterangan Buku :

Judul : Dance for Two
Penulis : Tyas Effendi
Penyunting : Mita M. Supardi
Proofreader : Christian Simamora
Desain dan Ilustrasi Sampul : Diani Apsari
Penata Letak : Landi A. Handwiko
Ilustrasi Isi : Diani Apsari
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2013
Tebal : VI + 238 hlm,; 13 x 19 cm
Harga : Rp 41.000


REVIEW

Dear editor,

Saya terjebak dalam cerita yang saya mulai sendiri. Saya selalu membiarkanmu mengacaukan kata-kata yang sudah saya urutkan, membiarkanmu memenggal kepala huruf-huruf yang sudah berbaris rapi itu. Saya pun menikmati setiap cara yang saya lakukan untuk merangkainya kembali, lalu menyusunnya menjadi mozaik baru yang kamu suka.

Ini tentangmu, percayalah. Bagian mana dari dirimu yang tidak saya tahu? Tak ada satu celah pun yang terlewat; setiap potong kehidupanmu adalah gambaran paling jelas yang tersimpan dalam benak saya. Setiap langkahmu adalah jejak tanpa putus yang tercetak di atas peta saya.

Saya tidak ingin selamanya menjadi rahasia. Saya hidupkan kamu dalam cerita.
 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Caja Satyasa Hasan, gadis yang merupakan keturunan Jawa-Denmark yang tinggal di Kopenhagen bersama kakek-neneknya dan kakak perempuannya bernama Freja.
seorang balerina yang menyukai angsa, hingga jatuh hati pada pemuda Indonesia yang juga menyelesaikan studinya di Kopenhagen, Albizia.
hingga akhirnya ia menjadi secret admirer yang selalu menguntit Albizia kemanapun pemuda itu pergi. 

Albizia sendiri adalah penyuka fotografi dan pemakaman. Danau Sortedams hingga banyak pemakaman ia singgahi untuk mendapatkan obyek sesuai keinginannya hingga mengenang masa lalunya bernama Ni Luh.
Hal itu yang membuat Caja tak berani mendekati pemuda itu. Baginya Albizia 
masih terikat dengan Ni Luh, walau Ni Luh telah tiada. Jadi, ia hanya mampu menguntit diam-diam bahkan mengetahu seluk beluk Albizia termasuk teman-temannya.
"Segala hal yang terjadi di kehidupan ini bukan kebetulan. Saya yakin kalau ada satu pengatur yang sudah merencanakannya, seperti cerita fiksi  yang ada penulisnya. Tidak ada  kebetulan... " hal 60
Caja tak pernah mengira, pertemuan terakhirnya dengan Al di Danau Sortedam; ketika ia meminjamkan jaket Hagen pada Albizia yang tak pernah mengenalnya, ketika Al mengalami kecelakaan di tempat yang sama, bukanlah benar-benar yang terakhir kalinya.

Takdir berkata lain. 
Ketika ia memutuskan menulis kisahnya untuk dikirimkan kepada penerbit di Indonesia, cerita baru dimulai. 
Caja tak menyangka bahwa yang menjadi editornya tak lain adalah Albizia. 
Lalu, bagaimana akhir cerita Caja?? Akankah Al bisa mengenali dirinya sendiri di konsep cerita yang akan ia sunting? Akankah Albizia bisa melupakan bayang-bayang Ni Luh yang terkadang masih ia sambangi, di Bali sana? 


"Minat setiap orang  sudah tertanam begitu dalam pada diri masing-masing. Ketertarikan kita pada sesuatu itu seperti sudah mengikat kuat dalam diri kita, membuat kita selalu merasa nyaman saat melakukannya." hlm 77
"Orang bilang, kita tidak butuh satu alasan pun untuk menyukai seseorang." hlm 148
Caja menjadi sosok yang begitu mengesankan. Ia menjadi sosok Secret Admirer yang berani menantang arus untuk melakukakn setiap penguntitannya. 
Dimulai dengan mengikuti kemanapun Albizia pergi, dan terus menyukai pemuda itu tanpa menghiraukan nasihat dari temannya, Nikolaj, hingga kakaknya, Freja. 
Caja tahu, jelas-jelas ia mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin. Bagaimana mungkin seseorang menyukai orang lain, yang bahkan tidak mengenalnya sama sekali?
Kadang saya berfikir ketidakmungkinan Caja benar-benar akan terjadi. Atau, kemungkinan lagi ia akan bersama dengan Niko.
Benar, novel ini sungguh menyita perhatian. Mengobrak-abrik banyak konsep atau tebakan yang ada di otak saya. 

Novel ini adalah novel pertama kak Tyas Effendi yang aku baca. Tidak ada alasan khusus aku ingin membacanya. Tapi, setting kota Kopenhagen yang menjadi fokus awal cerita dan tema Secret Admirer (yang akuuu banget :D ahaa.. #plakkk) menjadi magnet tersendiri. Saya nggak boleh melewatkan ini. Tahuuu banget rasanya jadi Caja. hehehee.. --Kita Senasib Caja!! Loh.. Malah curhat :D 


"Kadang, seorang secret admirer pun butuh kepastian. Ya, kan??" - Nikolaj for Caja; hlm 131

Niko dengan kata-kata mak jlebnya (seperti temanku kebanyakan) adalah sosok sahabat yang setidaknya patut diacungi jempol. Disini saya mendukung Niko yang memaksa Caja untuk berhenti menyakiti dirinya sendiri.

Namun, kebanyakan secret admirer (yang pernah aku alami. ciee) Kalau diomongin yaaa nggak bakal nganggep atuh :D :D 
Kalau belum capek ya nggak akan berhenti suka. :D :D 

Penggunaan sudut pandang orang pertama sebagai Caja yang ditandai dengan penggunaan bahasa yang masih baku -saya- dan sebagai Albizia dengan penggunaan -aku- di setiap ceritanya membuat pembaca lebih mudah memahami alur cerita. Penggunaan bahasa asing juga tidak mempersulit karena ada catatan kaki di tiap penggunaannya. 

Namun, banyak penulisan yang saya rasa salah ketik. Penggunaan tanda koma di tiap kalimat langsung yang harusnya tanda titik. Atau, tanda koma yang harusnya tidak dipakai, hingga kata-kata yang harusnya dihilangkan atau ditambahi masih banyak yang saya temui hingga cerita selesai.

Misal ; 
"Makasih, Hagen. Saya kembalikan  besok, ya," harusnya "Makasih, hagen. Saya kembalikan besok." hlm 6
"Are you okay? That's extremely cold," harusnya "Are you okay? That's extremely cold." hlm 8
"Here, you can borrow my jacket," harusnya "Here, you can borrow my jacket." hlm 8
"Aku dan Mauren sendiri masih punya agenda tambahan:membeli bunga hias,. harusnya Aku dan Mauren sendiri masih punya agenda tambahan, yaitu membeli bunga hias,.. hlm 62
"Dia bilang ada jadwal jaga laboratorium kopinya pagi hari. harusnya Dia bilang ada jadwal jaga di laboratorium kopinya pagi hari. hlm 62
"Wanita itu yang duduk di balik kemudi harusnya wanita yang duduk di balik kemudi.

Untuk alur cerita maju mundur yang digunakan tidak membuat bingung pembaca. Gaya penulisannya yang santai juga membuat pencernaan inti cerita mudah dipahami. 

Keseruan teman-teman Albizia selama di Kopenhagen menjadi cerita terseru dalam novel ini. Dari mencuri properti milik Kak freja yang menjadi living statue hingga acara barter untuk mencukupi kebutuhan mereka di tanah rantau mengingatkanku pada persahabatan yang pernah kujalin bersama teman-teman. :D :D

Penokohan cerita yang mempunyai main idea di Albizia dan Caja seolah menutup karakter lainnya untuk muncul. Hagen dan kak Freja, mempunyai cerita yang tidak terlalu diekspos. Hanya Nikolaj, teman Caja yang sering muncul. Pikirku, Niko menyukai Caja. Kalau saja Niko menembak Caja, mungkin lain ceritanya. Hehehe... 
Dari pihak Al, tidak banyak teman yang turut campur. Mungkin Al tergolong seorang pendiam. Jadi, tidak ada teman tempat ia curhat. Terlebih, ketika pulang ke Indonesia, sepertinya tidak ada hubungan lagi dengan teman-teman se-kos yang dulu rameeee banget. :D :D 

Namun, perubahan yang terjadi pada Albizia pada Caja saya rasa terlalu mendaddak. Tidak ada penjelasan yang menyangkut, namun langsung ditembak tepat di pokoknya. Cerita jadi terkesan, ohh.. begitu."
Tapi, untuk keseluruhan cerita ini bisa buat gemas-gemas geregetan juga loh. Terlebih pada Caja. 

Nikolaj, sosok pria bule yang penuh perhatian. Lebih dari Al, aku menyukai Niko. Sebenarnya sangat kecewa tidak ada deskripsi lebih tentang Niko. :D :D :D
Tapi momen bersamanya dengan Caja ketika ia memeluk Caja yang menagis. Patah hati karena Albizia, saya merasakan aroma bahwa ada feel Niko, tapi tidak dijelaskan secara detail. "wanita yang duduk di balik kemudi. :D :D 


"Segala sesuatu yang ada di dunia ini pasti mempunyai arti untuk yang lain -sekecil apapun itu." hlm 91 
"There is no use living in denial. You know exactly the truth, but you don't want to accept it." hlm 153
"Tak perlu menghapus atau membuangnya jauh-jauh dari ingatan, hanya perlu menyadarkan diri sendiri kalau masa itu sudah tercatat sebagai pengalaman." hlm 163
"Isi hati manusia seperti pohon yang bertemu musim. Pohon tak punya penanggalan tetap kecuali penandaan waktu berupa pergantian musim. Kalau dia merasa rapuh saat datang musim kemarau panjang, dia tinggal menggugurkan daun. Kalau dia merasa sangat bahagia bertemu dengan hujan yang datang menderas, dia mengekspresikannya dengan berbunga." hlm 181
"Lebih baik tahu yang sebenarnya walaupun ada resiko kecewa daripada cuma menyimpan semuanya sendiri dan nggak pernah tau perasaannya sampai kapan pun. Ya, kan?" hlm 188
 "Cinta itu nggak perlu logika. Nggak peduli realistis atau nggak. Urusannya bukan sama otak, tapi sama hati." hlm 188
 "saya tidak mau terikat apapun sama dia lagi. Mungkin selama ini saya salah. Mungkin saya terlalu jauh melawan takdir. Tuhan tidak pernah menakdirkan perkenalan saya sama dia, tapi saya terus memaksa." hlm 202

Well, untuk para pemuja rahasia bisa terus melanjutkan misinya, atau mundur pelan-pelan. Sulit memang, antara perasaan dan logika. Tapi, harusnya jangan mengabaikan logika. Semuanya harus berjalan seimbang :D :D  
Kalau emang waktunya berhenti ya berhenti ajalah. Ketimbang makan atiii terus!! (Ehh.. -- yang sudah pengalaman. Hahahhaha.. :D :D) Syukur syukur bisa jadian beneran. Amiinn :D :D

Aja aja fighting!!!!  Buat para secret admirer :D :D
Cinta pertama itu menykitkan,  tapi cinta sepihak itu menyesakkan :D :D






Sabtu, 19 Desember 2015

Review 'Pulang" - Tere Liye


Keterangan Buku : 
Judul : Pulang
Penulis : Tere Liye
Editor : Triana Rahmawati
Cover : Resoluzy
Lay Out : Alfian
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : Cetakan I (September 2015), Cetakan II, III (Oktober 2015)
Tebal : iv + 400 halaman ; 13.5 x 20.5 cm

REVIEW : 

"Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya."

Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit."

“Selalu ada hal baru yang bisa direnungi dan dipahami dari novel-novel Tere Liye.”
—Pulin Sri Lestari, ibu rumah tangga

“Saat ini kita cenderung tidak lagi peduli pada banyak hal, namun novel-novel Tere Liye membantu kita untuk melihat lebih dalam dan peduli.”
—Tiara, guru/dosen

“Kayak buku pelajaran, tapi seru. Mamah kamu nggak akan ngambek kalau kamu baca novel-novel Tere Liye.”
—Khoerun Nisa, siswi SMA

“Membaca novel-novel Tere Liye seperti pulang ke rumah. Berapa jauh pun kaki melangkah, selalu ingin kembali.”
—Evi, buruh migran Indonesia
 

-------- 

Lima Belas Tahun. Selama itu hidup Bujang hanya berada di pedalaman rimba Bukit Barisan. Bersama kedua orang tuanya, Samad dan Midah. Menjadi anak satu-satunya membuat mamaknya sangat menyayangi Bujang. Terlepas dari kehidupan petani yang sederhana, ternyata ada banyak luka masa lalu yang membuat bapaknya seolah membencinya. Terlebih, ketika Bujang mengaji, dan belajar agama. 

Setelah masa itu, Bujang akhirnya pergi. Menuruti bapaknya, ketika teman lama bernama Tauke Muda 'menyambangi' mereka. Dan waktu semalaman di rimba, akhirnya mengubah jalan hidupnya. Hingga ia mempunyai julukan 'Babi Hutan' di masa depan.

"Aku tahu kau akan cemas, akan menjadi apa Bujang besok lusa, Midah. Tapi siang ini, jika Tuhan memang sayang, maka anakmu akan menemukan jalan terbaiknya. Sejauh apa pun dia pergi, sejauh apa pun dia menghilang, Tuhan akan menemukannya." hlm 23

Bujang, anak petani biasa di pelosok Sumatera, akhirnya mengikuti jejak bapaknya. Ke Ibu Kota. Merantau meninggalkan tanah kelahirannya. Jika Bapaknya pergi karena sakit hati, Bujang tidak. Untuk menuruti bapaknya, dan agar Ibunya tidak selalu menangis, ketika bapaknya menghadiahi cambuk dirinya ketika belajar mengaji. 

Bujang di sekolahkan, mengejar ketertinggalan selama  15 tahun. Siapa sangka, ternyata ia mempunyai otak jenius, hingga mengantarkannya meraih dua gelar master dari Universitas di Amerika. 
"Darah tukang pukul  memang mengalir deras dalam tubuhku. Itu seperti  sudah menjadi takdir hidupku." hlm 144 
 Dalam diri Bujang mengalir dua jenis darah dari dua orang penting di masanya. Kakek dari mamaknya, seorang alim ulama yang berhasil memukul mundur pasukan Belanda ketika menjajah. Sedangkan kakek dari bapaknya, seorang 'perewa' mashyur di jamannya. Tak ayal, otak yang cerdas, hingga fisik yang tangguh ia miliki sempurna. Dan walaupun ia mengenyam pendidikan, Bujang tetap kembali 'pulang'. Menjadi tukang pukul, seperti kakek dari ayahnya.

Selain akademisnya yang mentereng, banyak ilmu lain yang ia pelajari. Dari Kopong, ia belajar banyak hal tentang 'bela diri'. Tentang melindungi diri dari serangan fisik. Bukan itu saja, ia juga belajar tentang memegang katana hingga hakikat Samurai sejati pada Guru Bushi, serta tata cara menarik pelatuk yang benar dengan orang asing asal Filipina bernama Salonga. Itulah ilmu yang ia pelajari selama hampir dua puluh tahun, semenjak kepergian dari kampungnya, semenjak melihat tangis mamaknya yang terakhir, untuk mengijinkan dirinya ikut Keluarga Tong. Itu semua menjadi bekalnya untuk memajukan Keluarga Tong. Cerdas, kuat dan tak kenal takut.

Hingga akhirnya pengkhianatan orang dalam memaksa Bujang tersungkur. Terkapar hingga ia kehilangan keberaniannya. Ketakutan yang dulunya tidak pernah singgah, akhirnya setelah 20 tahun lamanya, bagaikan hujan deras pertama setelah kemarau panjang. Melumpuhkannya. Lalu, bagaimana Bujang menemukan keberaniannya kembali, atau apakah keberanian itu akhirnya terkubur oleh ketakutan yang semakin kokoh??

------
"Pulang pada hakikat  kehidupan. Pulang, memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan." hlm  219 
Novel ini berjudul pulang. Seperti  matahari yang akhirnya akan tenggelam ke pangkuan cakrawala menjelang petang. Pulang disini dijelaskan dengan banyak pengertian. Pulang ke rumah; pulang, kembali ke pangkuan Tuhan; kembali ke jalan yang seharusnya; kembali ke takdir yang memang telah menuntunnya. 

Kali ini, tidak ada drama percintaan seperti di Sunset Bersama Rosie atau Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah yang sebelumnya telah berhasil membuatku menggemari tulisan bang Tere. Drama action yang disajikan seolah membawaku ke adegan Mission Impossible yang melibatkan Tom Cruise atau Sky Fall ala James Bond
Sekali lagi, bang Tere berhasil menyeretku ke drama paling menakjubkan, tegang lalu sedih dan tiba-tiba senyum-senyum sendiri.

Namun, ada hal yang sepertinya selalu menjadi ciri khas bang Tere. Yaitu, tokoh utamanya, selalu seorang lelaki, seorang pemuda yang mempunyai kesempurnaan dalam otaknya. Selalu pekerja keras, tapi rapuh dalam menghadapi pahitnya kehidupan. 

Tidak bisa dielak lagi, bang Tere adalah salah satu penulis jenius yang bisa mengolah banyak hal di sekitarnya. Penggunaan banyak kata baru yang belum aku mengerti, memberikan nilai tersendiri . Yakuza, Perewa, Cash Cow, Da Shou, berkelindan, Katana, Shuriken, Underground Economy, dll. Betapa banyak kata-kata asing yang mengikuti alur cerita. Penjelasan detail juga sering kali membuat geleng-geleng kepala. Ini, bang Tere survey langsung atau gimana yah?? :D :D 

Bukan tentang Bujang, tapi tentang Shadow Economy yang ternyata terjadi mendunia. Tentang politik di balik hal-hal sepele, yang ternyata banyak pihak terlibat di dalamnya. (Apakah di negeri ini atau bahkan di luar sana memang hal ini telah terjadi? Entahlah ..)

Ada banyak momen yang menjadi kesukaanku. Bukan, bukan. Tepatnya, ada banyak momen yang akhirnya membuat sedih. Membuat tersentuh.
"Mamak akan mengijinkan kau pergi, Bujang. Meski itu sama saja dengan merobek separuh hati mamak. " hlm 23
"... berjanjilah, Bujang, kau tidak akan makan daging babi atau daging anjing. Kau akan menjaga perutmu dari makanan haran dan kotor. Kau juga tidak akan menyentuh tuak dan segala minuman haram." hlm 24 
Momen ketika Mamak meminta bujang untuk berjanji. Bukan itu saja. Aku kira, drama mellow hanya sampai disitu. Nyatanya, tidak. Bujang yang tidak pernah menyambangi atau bertukar kabar dengan kedua orang tuanya, akhirnya harus mendapat kabar menyedihkan di sela-sela kesuksesannya sebagai mahasiswa. Mamak, dan selanjutnya bapaknya, akhirnya menghapdap sang Pencipta. Dan surat yang dituliskan bapaknya selalu menyentuh. Lima jempol buat bang Tere yang berhasil lagi memporak-porandakan hatiku. Ehhh :D :D

Tapi ada momen lucu di akhir cerita. Selain tegang, dan sedih (meskipun banyak tegangnya). Yuki dan Kiko, dua kembar bersaudara dari Jepang mungkin sedikit mengalihkan kita dari dunia gelap yang berada di sekeliling Bujang.

Penggunaan alur maju dan mundur, memberikan pemahaman dan detail cerita yang memuaskan. Bagaimana masa lalu bapak dan mamaknya, keluarganya, masa lalu keluarga Tong, hingga masa lalu tiap tokoh yang berhasil digambarkan dengan spesifik. Tidak terlewatkan sama sekali.

Banyak tokoh yang menghiasi buku setebal 400 halaman ini. Di awal cerita, kita akan disuguhi cerita Samad dan Midah, orang tua Bujang, Tauke Muda (yang berubah status menjadi Tauke Besar), Franz si Amerika, Kopong, hingga Basyir yang menjadi teman baik Bujang di kemudian hari. 

Sama seperti di novel-novel sebelumnya, aku tidak banyak mengeluhkan apa yang disajikan. Penyajian cerita dengan sudut pandang orang pertama sangat membantu. Memudahkan mengikuti alur cerita yang semakin ke belakang semakin seru. Meskipun aku tidak menyukai dunia politik, tapi dari sini aku malah menyukainya. Tertarik untuk terus mengikuti tulisan bang Tere. Cerita yang disajikan selalu membuat excited, membuat tepuk tangan meriah di akhir buku. Tidak ada kesalahan yang kutemukan. Salah ketik, penggunaan tanda baca, atau lainnya. Mungkin, pendeskripsian tentang adzan yang mengusik Bujang terlalu mendadak. 

Bujang???
Aku menyukai karakter ini. Pantang menyerah, kerja keras, dan sangat menyayangi mamaknya.

Tapi, untuk hiburan, seperti yang aku katakan sebelumnya. Yuki dan Kiko, si kembar dari Jepang mendapat 3.5 jempol dariku :D :D

-----

Bang Tere selalu identik dengan cerita yang menyentuh kehidupan. Pesan moral yang selalu bertebaran di dalamnya. Banyak hal yang kita pelajari disini.
Seperti; Cinta sejati pasti akan pulang. Seperti cinta Mamak dan Bapak Bujang. Walau menyakitkan dalam perjalanannya, mereka akhirnya bersatu; tentang kerja keras, dan disiplin; tentang kesetiaan dan penghianatan; tentang kehilangan dan kesedihan mendalam.


Ada sedikit quote yang coba aku tampilkan disini. Mungkin, akan memberi inspirasi kalian untuk membaca penuh isi novelnya.


"I against my brother, my brothers and I against my cousins, then my cousins and I against strangers."
"Hanya kesetiaan pada prisnsip lah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan terbaik lainnya." hlm 207 
"Pulang pada hakikat kehidupan. Pulang, memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan." hlm 219
 "Meski semua hal itu adalah kenangan menyakitkan, kita baru merasa kehilangan setelah sesuatu itu telah benar-benar pergi, tidak akan mungkin kembali." hlm 241
"Hidup ini adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus.  Pada hari ke berapa dan pada jam ke berapa, kita tidak pernah tahu, rasa sakit apa yang harus kita lalui. Kita tidak tahu kapan hidup akan membanting kita dalam sekali, membuat terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. Satu-dua keputusan itu membuat kita bangga, sedangkan sisanya, lebih banyak menghasilkan penyesalan." hlm 262
"Tidak mengapa jika rasa takut itu hadir, sepanjang itu baik, dan menyadari masih ada yang memegang takdir." hlm 343
"Akan selalu ada hari-hari menyakitkan dan kita tidak tahu kapan hari itu menghantam kita. Tapi akan selalu ada hari-hari berikutnya, memulai bab yang baru bersama matahari terbit." hlm 345

-------

Tidak pernah kecewa pada akhir cerita, meski Mamak telah berpulang :D :D
"Mamak, Bujang pulang hari ini. Tidak ke pangkuanmu, tidak lagi bisa mencium tanganmu. Anakmu pulang ke samping pusaramu, bersimpuh penuh kerinduan."

Novel yang layak baca untuk siapapun. Yang menyukai genre politik, yang menyukai ketegangan macam perkelahian. Penikmat romance yang selalu dibumbui adegan romantis, sesekali harus merasakan sensasi lain yang selalu dikemas apik oleh bang Tere Liye :D :D  Patut dicoba. Aku telah mengalami. Jatuh cinta pertama kali pada novel setelah membaca tulisan bang Tere Liye di Sunset Bersama Rosie :D :D
 5 bintang dan 5 jempol untuk bang Tere Liye.
Akhirnya aku juga kembali pulang ke tempat awalku mengenal novel.. :D :D :D

Ehhhhhhhhhhh

Senin, 14 Desember 2015

Review Bulan Nararya - Sinta Yudisia

  

Nama Penulis : Sinta Yudisia
Penyunting Bahasa : Matris Radyamas
Penata Letak : Puji Lestari
Desain Sampul : Andhi Rasydan & Naafi Nur Rohma
Penerbit : Imdiva Media Kreasi
ISBN : 978-602-1614-33-4
Cetakan Pertama : September 2014
256 halaman; 19 cm
Harga : Rp.46.000,00 Rp.27.600,00 di 
http://bookstore.indivamediakreasi.com/index.php?route=product/search&filter_name=bulan%20nararya

Aroma mawar makin tajam tercium.
Aku menundukkan kepala, gigi gemeletukan. Rahang saling beradu. Kedua kaki berdiri tanpa sendi, namun betis mengejang kaku. Berpegangan pada kusen pintu, perlahan tubuh melorot ke bawah. Ada sebaran kelopak mawar tercabik hingga serpihan di depan ruang kerja. Sisa tangkai dan batang serbuk sari teronggok gundul, gepeng terinjak. Cairan. Cairan menggenang, berpola-pola.

Aku bangkit, terkesiap. Otakku memerintahkan banyak hal tumpang tindih. Lari keluar, berteriak. Atau lari ke dalam, mengunci pintu. Atau lari masuk, menyambar telepon. Tidak. Anehnya, intuisiku berkata sebaliknya. Tubuhku berbalik, meski melayang dan tremor, dengan pasti menuju tas. Merokoh sisi samping kanan, hanya ada pulpen dan pensil. Merogoh sisi kiri, ada tas plastik kecil, bekas tempat belanjaan yang kusimpan demi eco living.

Segera kuambil tas plasting kecil, membukanya, menuju ke arah pintu.

Halusinasiku menemukan jawaban.

*****

Suaranya terdengar serak di seberang.
Bingung. Marah tertahan. Juga, luka di akhir tarikan napas.
"Aku harus bagaimana?"
Jam dinding menjawaw dengan dentangan berjumlah dua. Dini hari yang memberatkan kelopak mata.
"...dia bunuh kucingku!" 

Opening yang cukup membuat penasaran. 
Awal melihat novel ini sudah jatuh hati sama covernya yang cantik. Apalagi pembukaan di awal cerita dan ringkasan di sampul belakang akhirnya memberi rasa penasaran untuk lebih jauh mengenal kisah sebenarnya yang berusaha dijelaskan penulis. Walau pada awalnya terkecoh akan sampul manis, dengan label sebagai Juara III Kategori Novel Kompetisi Menulis Tulis Nusantara 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Anganku menebak, mungkin menceritakan tentang kehidupan Suku Anak Dalam, atau pesona alam dan keindahan salah satu wilayah nusantara. Nyatanya,.. (Aku cukup mengernyit) Salah besar.

"Seseorang yang pernah utuh di masa lampau, terpotong sebagian masa-waktu akibat kehilangan ingatan dan kemampuan menganalisa realitas, demikianlah ciri khas skizophrenia yang lazim disebut ketidakwarasan." - hal 240

Ini novel perdana dari kak Sinta Yudisia yang berhasil aku selesaikan. Pokok utamanya tentang problematika dalam hidup, masalah kehidupan yang lebih kompleks. Masalah internal dan eksternal yang selalu dihadapi manusia. Namun settingnya berada di area "mental illness". Adalah Nararya, yang akrab disapa Rara sebagai tokoh utama jalannya cerita. Harus bergelut dengan lingkungan pribadi dan kerja yang memberinya banyak pergesekan, membuatnya harus bisa bertahan. Sebagai terapis, yang juga sebagai manusia biasa, masalah tidak hanya berasal dari satu sisi. Banyak rasa yang tercipta di dalamnya. Ada marah, benci, sedih, kecewa, cinta dan kasih sayang.
"Terapis yang hebat, bukan mereka yang mampu menangani segala. Tapi yang tahu kapan harus meminta bantuan dari orang lain, di titik tertentu." hal 101
"Kamu terapis? Ya! Tapi kalau nggak mampu mengatasi persoalan pribadi, bukan dosa ketika meminta bantuan orang lain. Di sisi lain, hanya kita yang tahu kekuatan diri sendiri. Kamu harus bangkit. Move On! Sekarang, atau terlambat!" hal 101 
Berawal dari gagasannya mengubah cara penyembuhan penderita skizophrenia agar tidak selalu bergantung pada farmakologi. Pada obat-obatan. Gagasan transpersonalnya yang ternyata ditentang oleh bu Sausan, atasannya di mental health center tempat Nararya bekerja. Mungkin, karena Nararya yang sudah cukup dekat dengan tiga teman luar biasanya, seperti Sania - gadis kecil yang beranjak dewasa, yang mempunyai latar belakang kekerasan dalam keluarga, hingga ia harus mendekam di pusat rehabilitasi -, Yudhistira; arsitek tampan yang mempunyai istri pintar nan cantik, yang tak mampu membendung emosinya akibat tekanan dari keluarga serta pak Bulan, mantan residivis yang selalu bergelut dengan mawar, dan Purnama yang selalu ia sebutkan, tanpa mengindahkan bentuk bulan sebenarnya. Simpati atau bahkan kasih sayangnya mendorong dirinya untuk membuat terobosan baru agar mereka tidak kambuh atau bergantung pada obat-obatan.

Masalah bisa datang dari banyak hal, bukan? Mungkin ini yang ingin ditekankan oleh penulis. Life is never flat. Di samping perselisihannya dengan sang atasan, Nararya dihadapkan pada gejolak rumah tangga yang akhirnya harus ia lepaskan. Angga, suami yang dicintainya, yang dulunya membuatnya merasa sempurna, akhirnya membuatnya kecewa setengah mati. Sepuluh tahun kebersamaan mereka kandas diakibatkan Angga yang lebih memilih untuk bersama Moza, sahabat Nararya. Puk puk bu Rara :D :D :D
"Aku menjauh. Apa aku bisa tegas menolaknya? Apa Angga dan Moza resmi menjadi musuhku? Sejak kapan? Sejak aku bercerai dari Angga dan Moza menjadi istrinya diam-diam?" hal 123
"Aku memilih menyelamatkan diri. Kuizinkan Angga dan Moza melihat hubungan dalam sudut pandang yang berbeda, meski aku tak berharap Moza mengalami hal yang sama buruknya dengan diriku. Walau sempat, sebagai manusia, aku mengutuknya. Bagaimana mungkin seorang sahabat merebut seseorang yang kucintai, di saat terakhir?" hal 28
Tidak sampai disitu saja. Meskipun berat melepaskan Angga, di saat ia memilih untuk menyerah, kehidupan Angga dan Moza malah memberinya banyak masalah baru. Angga yang menjadi kliennya, hingga kedatangan Moza yang selalu mencecarnya dengan banyak hal. Lalu, apakah masalah Rara akhirnya selesai begitu saja setelah kedatangan Moza dan Angga (dengan status yang berbeda)??

Banyak tokoh yang terlibat dalam cerita ini, dari latar belakang dan usia yang berbeda. Sehingga memunculkan banyak intrik dan konflik yang tercipta. Di lain persahabatan dan rumah tangganya yang kandas, masalah dari keluarga pasien menambah alur cerita lebih varian. Ketidakharmonisan keluarga Yudhistira - istrinya dengan ibu dan kakak-kakak Yudhis -, kedatangan ayah kandung Sania yang meminta anaknya, hingga halusinasi Rara tentang mawar dan darah yang sering ia lihat - yang membuatnya dikira mengidap skizophrenia - menambah daftar konflik, hingga seoalah tidak ada habisnya dan menuntut  jawaban akan akhir kisahnya.
"Setiap orang pernah punya halusinasi. Ilusi. Malah ada orang-orang yang bisa mendengar suara aneh, melihat bayangan gaib. Itu ciri khas skizophrenia, orang gila." hal 138
Penggunaan sudut pandang orang pertama, banyak membantu menjelaskan cerita yang terjadi. Apalagi sedikit misteri berbumbu detektif semakin menambah aroma mistis di dalam cerita.
Namun, banyak kata-kata psikologis macam demonish (hal 8), celebral palsy, slow learner, multi handicapped (hal 18) atau kata-kata lain yang tidak saya mengerti kadang membuat saya harus menghentikan membaca dan mencarinya lewat internet. Mungkin, jika pengetian yang berada di halaman terakhir dijadikan footnote akan  memudahkan dan memberi kepuasan lebih bagi para pembaca. :D :D :D

Dan yang menurut saya sedikit aneh adalah, daftar isi yang ternyata judulnya pun tidak dituliskan di tiap pergantian bab. Menurutku, lebih baik diberi judul tapi tidak ada daftar isi, atau memberikan daftar isi dan diberi judul. Kan, kalau pengen tahu judulnya nggak usah bolak-balik halaman awal :D nanti jadi gagal fokus. Hehehe.. :D :D

Oh iya, MVP atau kalau di olahraga Most Valuable Player a.k.a pemain terbaik adalah Bu Sausan. Saya menyukai karakter tegas dan berwibawa beliau, meskipun kadang-kadang menjengkelkan. Nararya, aku juga menyukainya. Meskipun rapuh, tapi akhirnya berkat dukungan dari banyak orang, ia bangkit. Salut juga buat Diana yang akhirnya memilih hal yang benar :D :D :D Aduh, cerita cinta Luna sama Randi juga jadi sedikit hiburan setelah gemas-gemas sebal dengan Nararya yang gagal move on dari Angga. (Angga?? Apa baiknya coba, bu Rara. hehehe.. :D)

Aku paling benci sama Angga. Bener-bener benci. Aduhh,, pingin ngetimpuk pake buku tebal deh. :P :D Udah gedhe, tapi kok tetap labil. Dan Moza, kalian bisa baca sendiri konflik yang mereka bangun. Keduanya cocok deh, bikin aku galau kaya Nararya... Setuju banget sama Nararya yang berusaha Move On dan melepas Angga. Dan saya masih sebel sama Moza. (Ngerasa senasib. Ehhhh.. xD sedikit curcol. Hehehe.. )

Belum kutemui salah ketik, entah karena keasyikan menikmati cerita yang super menyita rasa penasaranku, atau saya memang melewatkannya begitu saja. :D
Saya sempat bingung, bagaimana akhir yang disediakan kak Sinta. Sempat kecewa sama konflik di keluarga Yudhis yang belum bisa buat saya "ngeh" maksimal (apa karena terlalu fokus sama endingnya Moza-Angga-Nararya, Yudhis-Sania-Diana (Sania enaknya ikut nggak ya.. :D :D Bisa dipahami sendiri deh :D). Tapi, overall, konflik satu sama lain terbangun dengan sempurna. :D Tiga jempol buat kak Sinta yang sukses bikin saya penasaran sampai akhir cerita.
"Tak usah mencari apa makna yang tersirat. Kesukaanmu mencari apa yang tersembunyi di belakang, akan menyulitkan. Pakai saja konsep here and now. Apa yang ada di hadapanmu, itu saja." hal 93
Novel ini menarik dan layak dijadikan koleksi bagi yang  yang menginginkan lari dari serial Love and Travel, le Marriage yang tengah menjamur (bukan lari dari kenyataan loh :D ehhhh). Recommend banget.  Kata-kata motivasi dan quote yang bertebaran cukup pas buat yang pengen Move On. Terapis patah hati aja harus Move On, apalagi kamu, yang manusia biasa. Ehhhhhhhhhhhhhhhhh :D :D :D
(Sedikit nyindir :D)
"Kehidupan tak pernah mudah. Bukan masa lalu yang menghancurkan seseorang, bukan orang lain yang mencelakakan, tapi sejauh mana manusia mampu memperkaya dirinya dengan hal-hal yang ditemui sepanjang jalan." hal 251
Hampir lupa, Ada jempol yang ketinggalan buat Farida :D :D